PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT BAWANG MERAH
Hama
dan penyakit utama yang menyerang tanaman bawang merah antara lain adalah ulat
grayak Spodoptera, trips, bercak ungu (trotol), otomatis (Colletotrichum),
busuk umbi Fusarium dan busuk putih Sclerotium,
busuk daun Stemphylium, embun buluk atau embun tepung (P.
destructor), dan virus (Widjaja et al. 1995).
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah umumnya dilakukan
secara preventif dengan menyemprotkan pestisida secara berkala, sesuai dengan
kondisi pertanaman di lapangan. Penggunaan pestisida atau biopestisida dalam
pengendalian hama dan penyakit tanaman hendaknya mengutamakan efektivitas,
efisiensi, dan tepat sasaran dengan dosis yang tepat, termasuk hand
sprayer yang digunakan. Hal ini penting untuk menghindari pencemaran
lingkungan, pemborosan, resistensi hama dan penyakit, dan residu pestisida pada
tanaman yang akan menimbulkan masalah tersendiri.
Cara yang dianjurkan untuk mengurangi pemakaian
pestisida adalah tidak mencampurkan beberapa jenis pestisida pada setiap
aplikasi. Penggunaan dosis anjuran dan pemilihan hand sprayer
dengan flat-nozzle standar dapat menghemat penggunaan pestisida
sampai 60% (Hidayat 2004; Moekasan et al. 2010).
Balai
Penelitian Tanaman Sayuran telah mengembangkan bioinsektisida untuk
mengendalikan hama ulat bawang (Spodoptera exigua Hubn).
Penggunaan insektisida dengan bahan aktif SeNPV (Spodoptera
exigua Nuclear Polyhedrosis Virus) relatif tidak mencemari lingkungan,
bersifat sangat selektif, dan berperan sebagai patogen bagi ulat bawang
(Moekasan 1998). Selain itu, aplikasi pestisida nabati yang mengandung senyawa
bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat metabolit sekunder
lainnya pada tanaman bawang yang terinfeksi OPT berfungsi untuk: (1) menghambat
nafsu makan (anti-feedant); (2) penolak (repellent);
(3) penarik (atractant); (4) menghambat perkembangan; (5)
menurunkan keperidian; (6) berpengaruh
langsung sebagai racun; dan (7) mencegah peletakan telur (Setiawati et
al. 2008).
Berikut ini dikemukakan tindakan pengendalian jika
terjadi serangan hama dan penyakit pada pertanaman bawang merah.
a. Ulat bawang atau Spodoptera exigua
l Kelompok
telur pada daun bawang yang menunjukkan gejala serangan dipetik dan
dikumpulkan, kemudian dimusnahkan.
l Jika
kelompok telur atau kerusakan tanaman telah mencapai ambang pengendalian maka
tanaman disemprot dengan insektisida profenofos, betasiflutrin, klorfluazuron,
lufenuron, spinosad, dan insektisida efektif sejenis (Kompes 1997).
l Penyemprotan
insektisida dianjurkan menggunakan spuyer kipas (flat-nozzle) karena
butiran semprotan lebih halus dibandingkan dengan spuyer holocone
empat lubang dan dapat menghemat penggunaan insektisida lebih dari 40% (Omoy
1993).
l Penyemprotan
insektisida dianjurkan pada sore hari karena hama ini aktif pada malam hari.
b. Hama trips (Gambar 16)
Pengendalian hama ini dilakukan dengan
menyemprotkan insektisida antara lain abamektin, spinosad, imidakloprid,
diafentiuron atau karbosulfan (Kompes 1997).
c. Penyakit bercak ungu
atau trotol
l Jika
pada siang hari terjadi gerimis, maka setelah reda dilakukan penyiraman untuk
mencuci sisa-sisa air hujan dan percikan tanah yang menempel pada daun.
Sisa-sisa air hujan dapat berperan sebagai media tumbuh spora cendawan A.
porii, sedangkan percikan tanah yang mengering akan menimbulkan luka
pada tanaman yang memudahkan spora cendawan masuk ke dalam jaringan tanaman.
. Jika
tingkat kerusakan daun telah melampaui ambang pengendali-an maka tanaman
disemprot dengan fungisida difenokonazol, klorotalonil, propineb, atau mankozeb
(Kompes 1997).
d. Penyakit layu
Fusarium
l Untuk
mengurangi sumber infeksi agar penularan tidak meluas, tanaman yang tertular
penyakit layu Fusarium dicabut dan dimusnahkan.
Jika
kerusakan tanaman telah mencapai ambang pengendalian maka tanaman disemprot
fungisida anjuran, misalnya difenokonazol atau klorotalonil (Kompes 1997).
e. Penyakit embun
bulu atau tepung
Penyakit
berkembang pada kondisi udara lembap, berkabut atau curah hujan tinggi.
Cendawan membentuk massa spora yang sangat banyak, terlihat sebagai bulu-bulu
halus berwarna ungu (violet) yang menutupi daun bagian luar dan batang (umbi).
Untuk mengurangi infeksi dan penularan, tanaman
disiram setiap pagi sebelum matahari bersinar. Apabila telah mencapai ambang
pengendalian, tanaman disemprot fungsida anjuran, misalnya klorotalonil atau
asam fosit (Setiawati et al. 2004; Udiarto et al.
2005).
Materi Penyuluhan Melalui Website
Oleh : KRISMAN, SP (KJF DPKP Kab. Gunung Mas)
Sumber : Budidaya Bawang Merah Diluar Musim. 2014. Badan Litbang Kementerian Pertanian.
Komentar
Posting Komentar