Pendahuluan
Kopi
merupakan komoditas perkebunan yang paling banyak diperdagangkan. Pusat-pusat
budidaya kopi ada di Amerika Latin, Amerika Tengah, Asia-pasifik dan Afrika.
Sedangkan konsumen kopi terbesar ada di negara-negara Eropa dan Amerika Utara.
Wajar bila komoditas ini sangat aktif diperdagangkan.
Pemilihan
jenis dan varietas
Tanaman
kopi sangat banyak jenisnya, bisa mencapai ribuan. Namun yang banyak
dibudidayakan hanya empat jenis saja yakni arabika, robusta, liberika dan
excelsa. Masing-masing jenis tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda.
Memilih
jenis tanaman untuk budidaya kopi, harus disesuaikan dengan tempat atau lokasi
lahan. Lokasi lahan yang terletak di ketinggian lebih dari 800 meter dpl cocok
untuk ditanami arabika. Sedangkan dari ketinggian 400-800 meter bisa ditanami
robusta. Budidaya kopi didataran rendah bisa mempertimbangkan jenis liberika
atau excelsa.
Selain
dari sisi teknis budidaya, hal yang patut dipertimbangkan adalah harga jual
produk akhir. Kopi arabika cenderung dihargai lebih tinggi dari jenis lainnya.
Namun robusta memiliki produktivitas yang paling tinggi, rendemennya juga
tinggi.
Penyiapan
bibit budidaya kopi
Setelah
memutuskan budidaya kopi yang cocok, langkah selanjutnya adalah mencari bibit
yang unggul, menyiapkan lahan dan pohon peneduh. Sementara itu, pohon peneduh
harus sudah disiapkan setidaknya 2 tahun sebelum budidaya kopi dilaksanakan.
Untuk
budidaya kopi arabika sumber tanaman yang digunakan adalah varietas. Contohnya
adalah varietas S 795, USDA 762, Kartika-1 dan Kartika-2. Sedangkan untuk
budidaya kopi robusta sumber tanaman yang digunakan dalah klon. Contohnya klon
BP 42 atau BP 358.
Perbanyakan
bibit pohon kopi bisa didapatkan dengan teknik generatif dan vegetatif.
Perbanyakan generatif dari biji biasanya digunakan untuk budidaya kopi arabika,
sedangkan kopi robusta lebih sering menggunakan perbanyakan vegetatif dengan
setek. Masing-masing metode perbanyakan bibit mempunyai keunggulan dan
kelemahan sendiri-sendiri.
Penyiapan lahan dan pohon peneduh
Budidaya
kopi bisa dilakukan baik didataran tinggi maupun rendah, tergantung dari
jenisnya. Secara umum kopi menghendaki tanah gembur yang kaya bahan organik.
Untuk menambah kesuburan berikan pupuk organik dan penyubur tanah di sekitar
area tanaman. Arabika akan tumbuh baik pada keasaman tanah 5-6,5 pH, sedangkan
robusta pada tingkat keasaman 4,5-6,5 pH.
Hal
yang harus disiapkan sebelum memulai budidaya kopi adalah menanam pohon
peneduh. Guna pohon peneduh untuk mengatur intensitas cahaya matahari yang
masuk. Tanaman kopi termasuk tumbuhan yang menghendaki intensitas cahaya
mataheri tidak penuh.
Jenis
pohon peneduh yang sering digunakan dalam budidaya kopi adalah dadap, lamtoro
dan sengon. Pilih pohon pelindung yang tidak membutuhkan banyak perawatan dan
daunnya bisa menjadi sumber pupuk hijau.
Pohon pelindung jenis sengon harus ditanam 4 tahun
sebelum budidaya kopi. Sedangkan jenis lamtoro bisa lebih cepat, sekitar 2
tahun sebelumnya. Tindakan yang diperlukan untuk merawat pohon pelindung adalah
pemangkasan daun dan penjarangan.
Penanaman
bibit kopi
Apabila
lahan, pohon peneduh dan bibit sudah siap, langkah selanjutnya adalah
memindahkan bibit dari polybag ke lubang tanam di areal kebun. Jarak tanam
budidaya kopi yang dianjurkan adalah 2,75×2,75 meter untuk robusta dan 2,5×2,5
meter untuk arabika. Jarak tanam ini divariasikan dengan ketinggian lahan.
Semakin tinggi lahan semakin jarang dan semakin rendah semakin rapat jarak
tanamnya.
Buat
lubang tanam dengan ukuran 60x60x60 cm, pembuatan lubang ini dilakukan 3-6 bulan
sebelum penanaman. Saat penggali lubang tanam pisahkan tanah galian bagian atas
dan tanah galian bagian bawah. Biarkan lubang tanam tersebut terbuka. Dua bulan
sebelum penanaman campurkan 200 gram belerang dan 200 gram kapur dengan tanah
galian bagian bawah. Kemudian masukkan kedalam lubang tanam. Sekitar 1 bulan
sebelum bibit ditanam campurkan 20 kg pupuk kompos dengan tanah galian atas,
kemudian masukkan ke lubang tanam.
Kini
bibit kopi siap ditanam dalam lubang tanam. Sebelumnya papas daun yang terdapat
pada bibit hingga tersisa ⅓ bagian untuk mengurang kemudian gali sedikit lubang
tanam yang telah dipersiapkan. Kedalaman galian menyesuaikan dengan panjang
akar. Bagi bibit yang memiliki akar tunjang usahakan agar akar tanaman tegak
lurus. Tutup lubang tanam agar tanaman berdiri kokoh, bila diperlukan beri ajir
untuk menopang tanaman agar tidak roboh.
Perawatan budidaya kopi
Langkah
yang diperlukan untuk pemeliharaan budidaya kopi adalah penyulaman, pemupukan
pemangkasan dan penyiangan. Berikut penjelasannya:
a. Peyulaman
Setelah
bibi ditanam di areal kebun, periksa pertumbuhan bibit tersebut setidaknya
seminggu dua kali. Setelah bibit berumur 1-6 bulan periksa sedikitnya satu
bulan sekali. Selama periode pemeriksaan tersebut, bila ada kematian pada pohon
kopi segera lakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan bibit yang sama.
Lakukan perawatan yang lebih instensif agar tanaman penyulam bisa menyamai
pertumbuhan pohon lainnya.
b. Pemupukan
Pemberian
pupuk untuk budidaya kopi bisa menggunakan pupuk organik atau pupuk buatan.
Pupuk organik bisa didapatkan dari bahan-bahan sekitar kebun seperti sisa-sisa
hijauan dari pohon pelindung atau kulit buah kopi sisa pengupasan kemudian
dibuat menjadi kompos. Kebutuhan pupuk untuk setiap tanaman sekitar 20 kg dan
diberikan sekitar 1-2 tahun sekali.
Cara memberikan pupuk dengan membuat lubang pupuk yang
mengitari tanaman. Kemudian masukkan kompos kedalam lubang pupuk tersebut. Bisa
juga dicampurkan pupuk buatan kedalam kompos. Untuk tanah yang asam dengan pH
dibawah 4,5 pemberian pupuk dicampur dengan setengah kilogram kapur. Pemerian
kapur dilakukan 2-4 tahun sekali.
Untuk
memperkaya bahan organik areal perkebunan bisa ditanami dengan tanaman penutup
tanah. Tanaman yang biasa dijadikan penutup tanah dalam budidaya kopi
diantaranya bunguk (Mucuna munanease) dan kakacangan (Arachis pintol).
Tanaman penutup tanah berfungsi sebagai pelindung dan penyubur tanah, selain
itu hijauannya bisa dijadikan sumber pupuk organik.
c. Pemangkasan pohon
Terdapat
dua tipe pemangkasan dalam budidaya kopi, yaitu pemangkasan berbatang tunggal
dan pemangkasan berbatang ganda. Pemangkasan berbatang tunggal lebih cocok
untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai banyak cabang sekunder semisal arabika.
Pemangkasan ganda lebih banyak diaplikasikan diperkebunan rakyat yang menanam
robusta. Pemangkasan ini lebih sesuai pada perkebunan di daerah dataran rendah
dan basah.
Berdasarkan tujuannya,
pemangkasan dalam budidaya kopi dibagi menjadi tiga macam yaitu:
•
Pemengkasan
pembentukan, bertujuan membentuk kerangka tanaman seperti bentuk tajuk, tinggi
tanaman dan tipe percabangan.
•
Pemangkasan produksi,
bertujuan memangkas cabang-cabang yang tidak produktif atau cabang tua. Hal ini
dilakukan agar tanaman lebih fokus menumbuhkan cabang yang produktif. Selain
itu, pemangkasan ini juga untuk membuang cabang-cabang yang terkena penyakit
atau hama.
•
Pemangkasan
peremajaan, dilakukan pada tanaman yang telah mengalami penurunan produksi,
hasil kuranng dari 400 kg/ha/tahun atau bentuk tajuk yang sudah tak beraturan.
Pemangkasan dilakukan setelah pemupukan untuk menjaga ketersediaan nutrisi.
d.
Penyiangan
gulma
Tanaman
kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman masih muda. Lakukan
penyiangan setiap dua minggu, dan bersihkan gulma yang ada dibawah tajuk pohon
kopi. Apabila tanaman sudah cukup besar, pengendalian gulma yang ada diluar
tajuk tanaman kopi bisa memanfaatkan tanaman penutup tanah. Penyiangan gulma
pada tanaman dewasa dilakukan apabila diperlukan saja.
Hama
dan penyakit
Lahan
budidaya kopi yang terserang hama dan penyakit akan mengalami penurunan
produktivitas, kualitas mutu kopi dan bahkan kematian tanaman. Beberapa hama
dan penyakit yang umum menyerang tanam kopi adalah sebagai berikut:
•
Hama penggerek buah
kopi. Menyerang tanaman muda maupun tua. Akibat serangan buah akan berguguran
atau perkembangan buah tidak normal dan membusuk. Pengendalian bisa hama ini
adalah dengan meningkatkan sanitasi kebun, pemapasan pohon naungan, pemanenan
buah yang terserang, dan penyemprotan kimia.
•
Penyakit karat daun
(HV). Biasanya menyerang tanaman arabika. Gejala serangannya bisa dilihat dari
permukaan daun yang mengalami bercak kuning, semakin lama menjadi kuning tua.
Bisa dihindari dengan menanam kopi arabika diatas ketinggian 1000 meter dpl.
Pengendalian lainnya bisa dilakukan dengan penyemprotan kimia, memilih varietas
unggul, dan kultur teknis.
•
Penyakit serangan
nematoda. Banyak ditemui di sentra-sentra perkebunan kopi robusta. Serangan ini
bisa menurunkan produksi hingga 78%. Pengendalian penyakit ini bisa dilakukan
dengan menyambung tanaman dengan batang bawah yang tahan nematoda.
Panen
dan pasca panen
Tanaman
yang dibudidayakan secara intensif sudah bisa berbuah pada umur 2,5-3 tahun
untuk jenis robusta dan 3-4 tahun untuk arabika. Hasil panen pertama biasanya
tidak terlalu banyak, produktivitas tanaman kopi akan mencapai puncaknya pada
umur 7-9 tahun.
Panen budidaya kopi dilakukan secara bertahap, panen raya
bisa terjadi dalam 4-5 bulan dengan interval waktu pemetikan setiap 10-14 hari.
Pemanenan dan pengolahan pasca panen akan menentukan mutu produk akhir.
Disusun
Oleh : KRISMAN, SP
Kumpulan dari berbagai sumber
Komentar
Posting Komentar